Rabu, 16 Februari 2011

Taman Kelas PROJECT

Olah, imak ilabmek! (translate: Halo, kami kembali!)

Oke kawan, kami kembali, dan kalian tau apa artinya itu? Itu artinya, BATMAN-pun kandas! (?)

Baiklah, daripada lama-lama makin ga nyambung, mana si Jaka Tarub lagi maen sama Jaka Sembung, mending langsung aja nyemplung! (?)




Kami-anak-anak imut nan sexeh-yang berkumpul dalam suatu wadah kehidupan bernama X-7 telah menorehkan beberapa prestasi di kancah dunia lain. Dan salah satu ciri kami yang membedakan dari kelas lainnya adalah *terengtengteng* TAMAN KELAS.

Kenapa TAMAN KELAS?

Jadi, sejarah TAMAN KELAS ini sebetulnya adalah sebuah proyek Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) di kelas kami. Guru yang bersangkutan, yakni Ibu Iis Rahmi, memberi dua pilihan pada kami, yakni HIDUP atau MATI! membuat taman di dalam ruangan (hanya menyediakan beberapa pot yang berisi tanaman dan disimpan dalam kelas) atau membuat taman kelas. Kami, dengan semangat 45x2=90 memilih untuk membuat taman kelas. Ada dua alasan kami memilih taman kelas: 1) Kami adalah orang-orang green thumb (maksudnya orang yang senang berkebun, bukan orang yang punya jempol ijo!), 2) Kami ingin mempersembahkan sesuatu yang beda. Ya, karena kami beda. HIDUP INDONESIA! (Backsound: Garuda di dadaku-Netral)

Proyek ini kami kerjakan sekitar 1 bulan. Waktu yang cukup singkat untuk membuat sebuah taman kelas dengan lahan berbentuk segitiga yang tak beraturan itu. Dimulai dari menggemburkan tanah, menyiangi rumput, memakan rumput, menanam rumput baru, menanam pohon-pohon, mengambil batu di Ciloseh, dan menyiram pohon di siang bolong, itu kami lakukan bersama-sama dan tanpa kenal lelah, fyuh.

Dan tanpa disangka, di suatu Senin pagi yang cerah, saat burung-burung berkicauan, saat upacara baru saja ditunaikan, saat pengumuman sedang dibacakan, Pak Dida-guru kesiswaan di sekolah kami-berkata,

"Terima kasih sedalam-dalamnya kepada sebuah kelas yang telah membuktikan kecintaannya kepada lingkungan. Kemarin bapak sempat melihat mereka sedang membuat taman di belakang kelas mereka. Semoga hal ini bisa ditiru oleh kelas-kelas lainnya dan membuktikan bahwa mencintai lingkungan itu tidak harus naik-turun gunung. Sekali lagi, terima kasih kepada X-7!"

Sejurus kemudian, banyak hidung berterbangan di angkasa. Dan itu hidung kami! Kami tersandung, eh tersanjung. Akhirnya, hasil kerja payah kami dihargai oleh pihak sekolah. Jika kami bisa, kami ingin membalasnya, kembali kasih!

Sampai saat ini, kami belum meneruskan proyek yang baru sekitar 65% terlaksana ini. Masalah waktu-lah yang menjadi kendala. Kami mulai disibukkan dengan pekerjaan yang mulai muncul satu per satu seperti jerawat di pantat. Ah, pedihnya..



Penyerahan batu pertama dari Sdr. Adam kepada KM X-7

1 komentar:

  1. Mantap.
    Tapi kasian alat-alat kebunnya
    Hancur berantakan di tangan anak2 x-7

    BalasHapus

Powered by