Innalillahi wa innalillahi rooji'un,
telah berpulang ke Yang Maha Kuasa, sahabat kami, sahabat yang selalu memberi kesejukan di jiwa dan raga kami. Tanpanya, mungkin kami tidak akan mengenal sosok yang pendiam nan rindang ini. Dia adalah... *tarararaaa*
Ya, pohon kembang sepatu yang kami cintai ini telah tiada. Ia telah pergi menghadap Yang Maha Kuasa. Marilah kita tundukkan kepala dan berdoa semoga amal kebaikannya diterima dan ia dapat diterima di sisi-Nya, amiien (?).
Mungkin ini hal yang sepele, tapi ini bisa menjadi sesuatu yang pantas untuk dibicarakan kawan. Kenapa? Pernahkah terlintas di otak kalian (eh, kalian punya otak ga? Ups) bahwa ketidak-hadirannya pohon itu sekarang membawa dampak yang besar bagi DUNIA? Jangankan DUNIA, di kehidupan kita sehari-hari. Pernahkah?
Kalian pasti tau dong kalau penghasil O2 terbesar itu adalah tumbuhan yang so pasti yang mengandung klorofil sehingga mampu berfotosintesis (kalau ga tau kebangetan banget deh). Sedangkan makhluk hidup seperti kita nih, manusia (untuk kalian yang ngerasa manusia, kalau bukan ya syukuri aja), O2 udah jadi kebutuhan vital kita. Seiring makin berjalannya waktu, semakin banyak populasi manusia yang mendiami bumi ini, maka semakin banyak pula O2 yang dibutuhkan. Tapi pertanyaannya, apakah tumbuhan di bumi ini cukup untuk menghidupi (?) manusia-manusia ini?
Oke, itulah pertanyaan yang mendasari kami membuat postingan ini. Kenapa (lagi)? Karena besar banget dampak dari kepergian pohon kembang sepatu itu. Salah satunya aja kalau matahari lagi terik, panas, dan gerah banget, sewaktu pohon ini masih ada, rasa terik itu ga kerasa sama sekali. Tapi sekarang udah ga ada lagi pelipur gerah yang setia itu. Kini ia telah jauh di alam sana.
Mengapa pohon itu ditebang?
Itulah pertanyaan kami yang sampai saat ini belum terjawab. Kenapa OH KENAPA?
Yang jelas, kami tersadar bahwa pohon itu sudah tiada ketika setelah selesai ulangan harian, entah kapan tepatnya. Salah satu dari kami berkata,
"Eh, pohon itu kamana nyak?"
Tiba-tiba semua mata tertuju pada satu tempat, pohon kembang sepatu yang tinggal separoh itu. Kami tertegun, kami terpaku, kami power ranger (?).
Tapi meskipun demikian, kami tetap menanti pohon kembang sepatu ini tumbuh seperti sedia kala. (Backsound: Ku Tetap Menanti - Nikita Willy)
Oke, di akhir kata, seperti apa yang disampaikan oleh Bang Haji Rhoma Irama, begadang jangan begadang kalau tiada akhirnya. Begadang boleh saja kalau ada perlunya. (ga nyambung? memang, hahaha).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar